Selasa, 11 Oktober 2011

Mengunjungi Kota Mewah Dubai, Uni Emirat Arab

Laporan AFNI ZULKIFLI, Dubai

Gurun Pasir Menjadi Surga, Lamborghini jadi Taksi

MEWAH - Salah satu sisi pemandangan Kota Dubai saat menjelang pagi. Terlihat gedung tertinggi di dunia, Burj Al-Khalifa dan gedung-gedung modern lainnya di jantung kota ini. Foto: Afni Zulkifli/JPNN

Pernah membayangkan tinggal di kota dengan gedung tertinggi di dunia, atau gedung yang bisa berputar 360 derajat di setiap lantainya? Bagi Anda yang  menyenangi laut, pernahkah ditawari fasilitas kelas wahid untuk melihat setiap detail laut dengan segala desainnya yang unik? Mungkin yang Anda bayangkan itu semua hanya ada dalam film-film tentang masa depan. Tapi di Dubai, Anda akan mendapatkan semuanya adalah kenyataan.

SEBAGAI satu dari tujuh emirat dan merupakan kota terpadat di Uni Emirates Arab (UEA), Dubai Dubai serta merta menghapuskan pandangan kita tentang tempat yang dulunya hanya sebuah kota gurun padang pasir yang gersang. Dubai mampu menyajikan berbagai kemewahan dan kecanggihan teknologi dalam setiap detail pembangunan kotanya.

Di bawah pemerintahan Shaikh Mohammad, Dubai seolah disulap menjadi surga dunia bagi para turis yang ingin melihat kota dengan berbagai desain unik. Seperti saat menikmati puncak dunia Burj Dubai (Burj Al-Khalifa), yang menjulang setinggi 800 meter dengan 160 lantai dan berada tepat di jantung Kota Dubai. Dengan total luas 330.000 meter persegi, Burj Dubai seolah menjadi simbol beralihnya kemewahan dunia ke Timur Tengah.

Yang paling mengagumkan, ada Dubai Dynamic Tower yang setiap lantainya bisa berputar 360 derajat dengan kecepatan berbeda di setiap tingkatnya. Ini semakin menambah jati diri Dubai sebagai "kota bintang" sesungguhnya. Belum lagi berbagai gedung-gedung tinggi lain yang masing-masing menawarkan kemewahan dan keunikan. Seperti di Adrees Dubai Mall yang di tengah gedungnya terdapat kolam ikan super raksasa dengan ratusan spesies laut, seperti ikan pari raksasa, ikan hiu dan jutaan jenis ikan lainnya. Tidak salah kiranya, Guiness Book of Records mencatatkan prestasi ini sebagai satu-satunya kolam raksasa yang berada di tengah-tengah pusat belanja elit di dunia.

Dubai juga tercatat memiliki hotel dengan paling banyak bintang di dunia, yakni hotel bintang tujuh. Dubai pun berhasil mencuri perhatian dunia, saat menyulap lautan menjadi daratan dan membentuknya menjadi sebuah pulau menyerupai daun palm. Di setiap "lembaran daun" palm island ini, disediakan berbagai fasilitas hotel, mall, gym, taman bermain dan lainnya, dengan tingkat kemewahan tinggi menyaingi Disney Land. Tak cukup hanya di situ, Dubai juga membuat sebuah pulau buatan dengan bentuk seperti permukaan bumi.

"Dubai memang bukan penghasil minyak, tapi hampir seluruh kegiatan di Dubai berkaitan dengan pengolahan minyak. Sebagian besar juga menguasai sektor perdagangan ke seluruh dunia. Dubai juga sangat pintar menggaet investor untuk masuk ke dalam negerinya yang dulu cuma gurun pasir," ujar Dede Achmad Rifai, Konsul bidang Ekonomi dari Konsulat Jenderal RI (KJRI) untuk Dubai.

Dede yang berkesempatan meluangkan waktu untuk JPNN, mengungkapkan bahwa Dubai demikian cerdik dalam mengelola pembangunan daerah mereka. Meski merupakan kawasan gurun pasir yang tandus gersang, namun Shaikh Mohammad yang menjadi pemimpin Dubai ingin membuktikan kedigjayaan Dubai pada dunia. Berbagai kemudahan kepada para investor pun diberikan, untuk menggerakkan pembangunan dan ekonomi masyarakat Dubai.

"Investor boleh menarik keuntungan 100 persen kembali ke negara mereka, kalau memang berkenan investasi di Dubai. Cukai impor yang dikenakan juga kecil sekali, hanya 0-5 persen. Uang yang masuk ke Dubai juga tidak ada batasan, asalkan jelas berasal dari mana. Belum lagi semua kemudahan investasi yang diberikan pada investor. Dengan pelayanan seperti ini, maka banyak sekali investor yang menanamkan investasi mereka di Dubai, sehingga sektor ekonomi pun bergerak positif," jelas Dede.

Bukan hanya mewah dari segi infrastruktur, Dubai juga menjadi kota orang-orang mewah dengan berbagai fasilitas mewah pula. Mungkin hanya di Dubai, Anda bisa dengan leluasa melihat mobil-mobil kelas wahid dunia sekelas Ferrari, Porsche, Nissan, Volvo dan puluhan merk mobil teratas lainnya, berseliweran di jalan raya yang lebar serta mulus beraspal.

"Di sini rata-rata mobil mewah semua. Bahkan ada taksi dari jenis Lamborghini. Memiliki mobil mewah di Dubai sudah bukan barang langka. Harga mobil bisa 50 persen lebih murah dari harga mobil di Indonesia. Ditunjang juga dengan daya beli yang kuat dan harga bensin yang murah. Jadi, sudah biasa mobil mewah di jalan raya Dubai," ungkap Dede.

Dari pantauan JPNN, mobil-mobil mewah ini memang menghiasi hampir seluruh ruas jalan dan parkiran di Kota Dubai. Bahkan mobil-mobil dengan kapasitas 3000-4000 cc atau lebih, juga sudah biasa di kota ini. Malah, di sebuah mall, tampak yang menjadi hadiah undian belanja adalah sebuah mobil merk Mercy yang kalau di Indonesia harganya bisa mencapai Rp 1,4 miliar.

Di Adress Hotel Dubai Mall, JPNN sempat berkenalan dengan seorang penjual parfum bernama Mohammed. Pria lajang berusia 24 tahun asal Siria tersebut mengatakan bahwa di Dubai, memiliki mobil - yang di Indonesia dianggap - mewah, justru biasa-biasa saja. Katanya pula, setiap pemilik mobil juga tidak sungkan untuk membuang mobilnya ke tempat penampungan mobil di gurun pasir, begitu ada merk keluaran terbaru yang dirilis.

"Memiliki mobil di Dubai mudah sekali, karena bensin murah dan pajak sangat rendah sekali. Pada merk-merk tertentu, memang hanya dimiliki kalangan berduit. Tapi hampir semua pekerja di Dubai, memiliki mobil baru. Karena kalau beli lama, harganya tidak jauh berbeda dengan keluaran terbaru," kata Mohammed yang berkenan mengajak JPNN menumpang di mobil BMW keluaran 2009 miliknya.

Bayangkan saja, penjaga counter parfum pun punya BMW! Kalau sudah begini, mungkin, pandangan bahwa padang pasir hanyalah gurun yang panas dan gersang semata, bisa berubah. Mengunjungi Dubai adalah salah satu solusi atau cara untuk melihat surga kecil dunia itu.

Negara Tanpa Pajak, Penuh Hiasan Taman Buatan


INDAH - Taman-taman kota yang indah di gurun pasir ini, harus dialiri dengan selang air tanpa henti. Foto: Afni Zulkifli/JPNN.

Saat Indonesia masih tarik-ulur soal rencana pemberian tax holiday atau pembebasan beberapa pajak, untuk menarik investor ke dalam negeri, Pemerintah Emirat Dubai justru sudah melakukannya sejak lama. Bahkan, negeri makmur di kawasan Uni Emirat Arab (UEA) tersebut, membebaskan beban pajak bagi seluruh aktivitas yang ada di negaranya. Inilah beberapa catatan saat JPNN berkesempatan mengunjungi kota yang kini menjelma menjadi metropolitan dunia itu.

BUKAN hanya kemewahan arsitektur bangunan saja yang ditawarkan Dubai. Namun, bagi siapapun yang mengunjungi kota dengan luas 4.114 km persegi ini, maka bersiap-siaplah dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah. Untuk menggerakkan sektor bisnis dan ekonomi di kota ini, seluruh pekerja, pebisnis dan kalangan dunia usaha, tidak dikenakan pajak satu dirham pun. Bahkan pajak impor barang dari berbagai belahan dunia, tak sampai dari poin 5 persen saat masuk ke negara ini.

Karena pendapatan utama Dubai dari minyak dan sumber alam lainnya hanya berkisar 6 persen saja, maka Dubai pun menjadikan kotanya sebagai tujuan wisata dan bisnis kelas dunia. Harapannya, dari semua ini akan membawa multipliers effect, seperti pendapatan negara yang meningkat dari income pendatang yang membelanjakan uang dan menjalankan bisnis mereka di Dubai.

Dengan semangat itu pula, Dubai pun kini menjadi landmark bisnis perumahan, properti dan hotel yang hanya menawarkan pelayanan kelas wahid. Coba saja menyimak beberapa hotel supermewah, seperti Hotel Atlantis, Burj Al-Arab, Al Burj Khalifa, gedung canggih seperti Dubai Dynamic Tower, serta Pulau Palem yang luar biasa. Dari berbagai pembangunan mewujudkan kota masa depan ini, Dubai pun menjadi kota tujuan para pekerja dari berbagai belahan dunia.

"Dubai ingin investor asing ikut membangun kotanya, dan ingin pertumbuhan ekonomi naik dengan meningkatnya aktifitas ekonomi. Karena itu pula, tidak ada satu pajak pun yang membebani dunia usaha dan pekerja di Dubai. Di mana ada gula, pasti ada semutnya. Begitulah Kota Dubai, kini menjadi buruan para pekerja dan pebisnis dari seantero dunia," ujar Konsul Jenderal (Konjen) RI untuk Dubai, Mansyur Pangeran, kepada JPNN di Dubai, beberapa waktu lalu.

Penduduk Kota Dubai sendiri hanya sekitar 2,2 juta. Mayoritas dari angka ini adalah pendatang asing. Indonesia menjadi salah satu negara yang tenaga kerjanya banyak mencari hidup di Dubai. Di beberapa hotel, tempat hiburan, pelayanan publik, hingga mal-mal elit di kota ini, JPNN banyak menemui pekerja asal Indonesia. Mereka berbaur dengan para pekerja dari India, Pakistan, China, Jepang, Myanmar, Korea, Filipina dan negara-negara lainnya di dunia.

"Banyak sekali pekerja Indonesia di Dubai. Di hotel ini saja hampir 20 persen tenaga kerjanya berasal dari Indonesia, dan hampir 60 persen di antara seluruh pekerja berasal dari kawasan Asia. Bekerja di sini enak. Selain fasilitas apartemen yang mewah, kami juga bekerja tidak kena pajak. Bayarannya tinggi, dengan dirham atau dolar," ujar Faisal (28), pemuda asal Semarang yang sudah empat tahun bekerja di Addres Mall Hotel, hotel bintang lima yang berada tak jauh dari Al Burj Khalifa Dubai, gedung tertinggi di dunia saat ini.

Dubai yang semula padang tandus gurun pasir, di bawah tangan dingin kepemimpinan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, kini benar-benar menjelma menjadi kota mentropolitan Timur Tengah, bahkan dunia. Untuk mempercantik setiap detail kotanya, pemerintah pun rela merogoh anggaran negara hingga miliaran dirham (setara triliunan rupiah) hanya untuk menyalurkan air ke seluruh kawasan kota. Tujuannya, agar bisa membuat taman buatan dengan keindahan bunga-bunga ala negara timur Eropa dan Asia.

Setiap satu tumbuhan di taman kota Dubai, teramat berharga di kota padang pasir ini. Maka, kalau pengunjung jeli melihat, seluruh taman-taman indah di jalan-jalan utama Kota Dubai, dihiasi pula dengan selang-selang air yang tak putus dengan sumbernya. Selang-selang air ini ditanam di bawah tangkai tumbuhan, dan akan menyemburkan air secara otomatis bila suhu sudah mulai terasa panas.

Tidak hanya itu, jika satu saja tumbuhan ada yang layu atau mati karena tidak bisa beradaptasi dengan cuaca Kota Dubai, maka bagian pertamanan kota akan langsung mengganti bunga-bunga itu dengan bunga-bunga yang baru. Kalau sudah begini, rasanya bersyukur sekali kita tinggal di Indonesia yang hijau.

Lalu bagaimana dengan lalu lintas transportasi di Dubai? Tentunya, fasilitas kelas satu juga diberikan kepada para pengguna jalan. Nyaris tidak ada kemacetan sama sekali di Dubai. Jalanan Kota Dubai yang mulus dan lebar, memberikan kenyamanan bagi pengemudi-pengemudi mobil mewah untuk melintas di atasnya. Bagi kita yang terbiasa dengan macetnya Kota Jakarta, maka akan terasa unik ketika di Dubai tidak terlihat satu pun polisi lalu lintas berjaga-jaga di jalan raya. Bahkan tidak ada satu pos polisi pun terlihat di pojok-pojok kota.

"Di sini semua kendaraan sudah memiliki GPS (sistem navigasi otomatis) yang terhubung dengan database pusat. Setiap lajur jalan juga memiliki video kamera dan pencatat otomatis laju kecepatan kendaraan. Bila ada yang melebihi ketentuan atau terjadi kecelakaan, hanya dalam hitungan menit polisi sudah muncul di TKP. Jadi, polisi lalu lintas hanya berjaga memantau jalan raya dari kantor mereka saja," ujar Supriyadi (41), seorang pekerja asal Surabaya yang memilih menjadi supir di Dubai hampir di separuh usianya.

Kalau berkesempatan mengunjungi Kota Dubai, maka kota Emirat kedua terbesar dalam federasi - setelah Abu Dhabi - yang terletak di Teluk Persia, Barat Daya Sharjah dan Timur Laut Abu Dhabi ini, layak diberi julukan "Negeri Seribu Satu Malam" bagi para turis, pekerja dan pebisnis. Ada yang berminat mencoba peruntungan di sini? (afz/ito/jpnn)

Sumber 1 dan Sumber 2

0 comments:

Posting Komentar